Opini

Mengapa Kritik dan Oposisi Gagal Jatuhkan Jokowi?

Oleh La Ode Ida pada hari Kamis, 01 Okt 2015 - 13:04:01 WIB | 0 Komentar

Bagikan Berita ini :

9180e3e778e7b0003f4b7e0051f76bfe9c1ea46d5b.jpg

Kolom Santai Siang Bareng La Ode Ida (Sumber foto : Ilustrasi/TeropongSenayan)

The media is the most powerfull entity on earth. They have the power to make the innocent quity and to make the quity innocent, and that's power. Because they control the mind of masses. 

The press is so powerfull in its image-making role, they can make the criminal look like he's the victim and make the victim look like he's the criminal. This is the press, an irresponsible press. 

If you are not carefull, the news paper will have you hating the people who are beeing oppressed and loving the people who are doing the oppression. 

Pernyataan Malcom X (seorang tokoh Muslim Afro-American di AD) di atas sengaja saya kutip utk menjawab pertanyaan sejumlah orang pada saya, tentang kenapa tak ada pihak yang bereaksi terhadap pemerintahan sekarang ini yang tetap saja tak mampu mengatasi problem bangsa khususnya di bidang ekonomi. 

Saya katakan pada mereka: gerakan kelompok-kelompok kritis cukup marak dan kuat, yang ditunjukkan dengan sikap sebagian elemen masyarakat yang sudah secara terbuka menentang dan meminta agar Presiden Jokowi mundur karena dianggap tak mampu mengelola negara besar ini. 

Organisasi ekstra kampus seperti IMM dan GPII,  misalnya sudah bukan rahasia lagi begitu terbukanya menggelorakan gerakan cabut mandat Jokowi. Demonstrasi pun sudah kerap dilakukan di depan istana negara. 

AKPLI juga demikian. Organisasi pedagang kaki lima yang dipimpin oleh seorang dokter medis (Ali Mahshum) ini, seperti sudah tak sabar lagi melihat kondisi pengelolaan bangsa yang dianggap buruk ini. 

Dan kemarin pun, AKPLI bersama puluhan elemen masyarakat menggelar pertemuan konsolidasi yang menyebut dirinya G30S PKL, yg intinya berisikan sikap perlawanan baik terhdp Jokowi maupun Ahok sebagai Gub DKI Jakarta.

Pertemuan-pertemuan sejumlah tokoh pergerakan lintas generasi pun sudah kerap dilakukan, sampai melahirkan Petisi Keprihatinan terhadap pemerintahan sekarang ini. Namun agaknya semua gerakan sosial kelompok kritis itu blum berefek seperti yang mereka harapkan. Mengapa? 

Pesan dan misi kelompok-kelompok kritis itu mungkin juga tak sampai di telinga Presiden Jokowi. Atau, kalau sampai, dianggap tak berpoengaruh apa-apa karena tak mempengaruhi opini publik. 

Masyarakat luas pun umumnya tak tahu karena memang tak terpublikasi scara luas. Padahal, andai saja terpublikasi, mungkin akan memperoleh dukungan dari masyarakat luas untuk mendukung misi gerakan bagi perbaikan negara ini.

Ya..., itulah. Karena semua gerakan itu tak dapat ruang di media mainstream di negeri ini. Setidaknya barangkali tak dianggap penting untuk diliput. 

Dan yang pasti, barangkali para pemilik media besar di negeri ini cenderung berkolaborasi dengan kekuasaan, sehingga kritik apapun dari kelas menengah tak bisa dikonsumsi langsung oleh masyarakat luas. Begitulah hebatnya kekuatan media massa, pers. 

Maka seperti yg dikatakan oleh Malcom X di atas, pers merupakan pemilik kekuasaan terbesar di bumi ini, yang bisa menentukan arah pendulum pencitraan terhadap siapapun yang dikehendakinya, termasuk pemerintah yang dianggap tak becus oleh kelompok-kelompok masyarakat.(*)

Disclaimer : Kanal opini adalah media warga. Setiap opini di kanal ini menjadi tanggung jawab penulis. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai aturan pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini dan Redaksi akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang.

tag: #Kolom   #Makan Siang   #la ode ida  

Bagikan Berita ini :

Kemendagri RI
advertisement