Berita

Jual Premium Rp 6600, Kardaya Bilang Pemerintah Untung Gede

Oleh Aris Eko pada hari Jumat, 16 Jan 2015 - 23:45:26 WIB | 0 Komentar

Bagikan Berita ini :

27Kardaya Warnika-1.jpg

Kardaya Warnika, Ketua Komisi VII DPR RI (Sumber foto : Mulkan Salmun/TeropongSenayan)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Meski harga premium diturunkan menjadi Rp 6600/liter, namun sebenarnya pemerintah masih mengantongi keuntungan cukup besar minimal sekitar Rp 1600/liter. Hanya saja, keuntungan ini disembunyikan atau tidak diungkap secara terbuka.
 
"Pemerintah perlu menjelaskan kepada masyarakat tentang hitung-hitungan penetapan harga premium. Sebab, menurut saya masih ada keuntungan sekitar Rp 1600/liter dengan menurunkan harga menjadi Rp 6600/liter," ujar Kardaya Warnika, Ketua Komisi VII DPR di Jakarta.
 
Dihubungi TeropongSenayan, Jumat malam (16/1/2015) politisi Partai Gerindra itu menguraikan perhitungannya. Saat ini harga MOPS untuk BBM jenis RON 92 (Pertamax) sebesar Rp 4200/liter. Jika ditambah variabel alpha (biaya distribusi dan margin Pertamina) sebesar Rp 749/liter maka biaya pengadaan sebesar Rp 4949 dibulatkan menjadi Rp 5000/liter.  
 
"Itu harga jenis RON 92 atau Pertamax. Sedang premium itu sejenis RON 88 yang harganya lebih murah. Jadi dengan menurunkan harga menjadi Rp 6600/liter masih ada keuntungan yang cukup besar diperoleh pemerintah. Ini yang perlu dijelaskan secara transparan," ujar Kardaya. 
 
Kardaya mengingatkan pemerintah agar tidak seenaknya mengatakan bahwa harga premium sudah tidak disubsidi. Namun menyembunyikan bahwa harga tersebut sebenarnya masih ada keuntungan yang dikantongi pemerintah. Itu artinya harga sebesar Rp 6600/liter masih kemahalan.
 
Saat mendampingi Presiden Jokowi yang mengumumkan penurunan harga BBM tadi siang, Menko Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan harga premium sudah tidak disubsidi lagi. Namun Sofyan tidak mengungkapkan bahwa harga sebesar Rp 6600/liter itu pemerintah sudah mendapatkan keuntungan.(ris)
tag: #Kardaya   #Pertamina   #BBM  

Bagikan Berita ini :

Kemendagri RI
advertisement