Profil

Ahmad Riza Patria, Gagal Jadi Wagub DKI Dapat Kursi di DPR

Oleh Emka Abdullah pada hari Rabu, 17 Des 2014 - 15:02:22 WIB | 0 Komentar

Bagikan Berita ini :

68ahmad riza patria.jpg

Ahmad Riza Patria (Sumber foto : Eko Hilman)


JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Gagal jadi wakil gubernur DKI Jakarta berpasagan dengan calon independen Mayjen (Pur) Hendardji Supandji, Ahmad Riza Patria berkibar di parlemen.

Ariza, demikian pria kelahiran Banjarmasin, 17 Desember 1969 ini mengaku tidak menyesal gagal jadi wakil gubernur.
"Saya tak menyesal. Bahkan saya mendapatkan pengalaman berharga ikut bersaing dengan sejumlah nama yang punya popularitasnya tinggi di pilkada DKI," ujar Ariza.

Ariza merupakan anggota DPR dari daerah pemilihan Jawa Barat III yang meliputi Kota Bogor dan Cianjur. Karena dapil yang dekat Ariza bisa lebih sering mengunjungi konstituennya. Ini juga bisa menguntungkan dirinya sehingga bisa semakin dekat.

Di organisasi bagi Ariza bukan hal baru. Dia sudah malang-melintang di berbagai organisasi, baik kampus, kepemudaan, maupun organisasi kemasyarakatan. Di KNPI  (Komite Nasional Pemuda Indonesia), Ariza tercatat pernah menjadi ketua DPD KNPI DKI Jakarta. Ia juga pernah dipercaya menjadi salah satu ketua DPP KNPI selama dua periode (1999-2002, dan 2002-2005).

Di organisasi lainnya, dia tercatat sebagai ketua umum DPN Garda Merah Putih, Komandan Nasional Menwa Indonesia, ketua DPP Gema MKGR, wakil sekjen KAHMI DKI, dan Sekjen DPP Persatuan Anak Guru Indonesia. Di bidang kepemiluan, Ariza pernah menjadi anggota KPU DKI Jakarta. Keterlibatannya di IRI-n-YI for Young MDGs (International Relationship of Indonesian Youth Institute for Young Millenium Development Goals) menambah panjang daftar organisasi yang ikut mematangkan leadership Ariza.

Aktif di berbagai organisasi, Ariza sudah terbiasa mengikuti kompetisi dalam rangka seleksi kepemimpinan. Ariza sempat menjadi calon ketua umum DPP KNPI pada kongres KNPI di Bekasi pada 2002 (bersaing ketat dengan Idrus Marham) dan kongres KNPI di Bali pada 2008 (bersaing ketat dengan Aziz Syamsuddin).

Menurutnya, persaingan merebutkan kursi ketua umum organisasi yang dilakukan secara sehat dan demokratis merupakan cara terbaik merekrut pemimpin. Dengan cara seperti itu, kata Ariza, kandidat yang menang harus merangkul yang kalah dan mengakomodasi semua elemen. Sedangkan kandidat yang kalah harus mendukung yang menang dan bekerja mewujudkan cita-cita organisasi secara bersama-sama. "Itu merupakan aktualisasi dari sikap sportivitas dalam berorganisasi," ujar Ariza.

Bagi Ariza, kegagalan dalam kompetisi merebut jabatan sebuah organisasi memberinya pelajaran penting dan berharga. Baginya, jabatan adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan dan kepada masyarakat. Jika jabatan itu diperoleh secara tidak benar, kata Ariza, pasti tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. "Jabatan yang diperoleh secara tidak benar juga cenderung dipergunakan secara tidak benar sehingga merugikan orang lain," tegas Ariza.

Berkat pengalamannya di banyak organisasi, Ariza punya jaringan luas, baik di jalur partai politik, organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, kampus, dan bisnis.  Itulah salah satu faktor penting yang mengantarkan putra dari tokoh MUI KH. Amidhan ini bisa duduk di gedung DPR RI Senayan tanpa harus terlalu banyak mengeluarkan biaya.

Ariza, yang pada 17 Desember 2014 ini genap berusia 45 tahun mengaku selalu pegang prinsip bahwa hidup hanyalah mencari ridho Allah. Ia pun yakin ridho Allah hanya didapat melalui jalan atau proses yang benar.(ss)

tag: #profil   #cawagub   #gagal  

Bagikan Berita ini :

Kemendagri RI
advertisement