Bagikan Berita ini :
Abdul Wachid Waketum HKTI Bidang Perkebunan dan Kehutanan (Sumber foto : Istimewa)
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (DPP APTRI) Abdul Wachid mengkritik PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) yakni salahsatu perusahaan milik BUMN yang mengimpor gula sebanyak 75.000 ton.
Wachid menilai rencana tersebut sebagai imbas ketidakseriusan Pemerintah dalam menangani sektor pergulaan selama ini.
"Akibat Pemerintah kurang serius menangani pergulaan nasional, kebutuhan gula nasional baik untuk konsumsi rumah tangga dan industri makanan dan minuman 6 juta ton tidak bisa terpenuhi pasca reformasi 98 sampai sekarang," sindir Wakil Ketua umum HKTI Bidang Perkebunan Kehutanan itu kepada wartawan, Selasa (30/03/2021).
Bukti ketidakseriusan Pemerintah tersebut, kata dia, bisa dilihat bahwa persoalan gula itu seringkali jadi pembahasan dalam berbagai kesempatan.
"Pertanyaan saya: apakah Pemeritah belum membahas? jawabnya sudah, road map sudah di buat, cetak biru (blueprint) sudah di buat, akan tetapi tidak dilaksanakan dengan serius!" ungkap eks Anggota Komisi VI DPR RI itu.
Sebenarnya, kata dia, kalau Pemerintah serius untuk menuju swasembada gula nasional yang berbasis tebu.
"Impor tidak tidak bisa di lakukan dan di laksanakan, asalkan Pemerintah serius, terutama para pembantu Presidennya," tandas Wachid yang kini menjabat sebagai Anggota Komisi VIII DPR RI itu.
Wachid menyarankan agar Menko Perekonomian bersama menteri terkait seperti Mendag, Mentan, Menprin, Menkop, Meneg BUMN, Menhut, Menkeu Bulog untuk duduk bersama merumuskan swasembada gula nasional.
"Dalam arti mengesampingkan ego masing-masing dan saling mendukung. Kalau saya amati selama ini sulit di laksanakan," tegasnya.
Untuk menuju swasembada gula, Wachid menyarankan agar Pemerintah melakukan beberapa hal.
"Pertama, kebutuhan lahan tebu semakin menyusut perlu dipikirkan. Kedua, kebutuhan varietas unggul. Ketiga, ketersediaan pupuk subsidi untuk Petani yang tepat waktu tepat guna. Keempat, ketersediaan kredit Petani yang mudah murah. Kelima, jaminan harga gula Petani (Proteksi untuk Petani). Keenam, revitalisasi pabrik gula. Ketujuh, memperkuat kelembagaan Petani tebu," papar Wachid.
Sekali lagi, kata Wachid menegaskan, semua itu bisa dilakukan jika semua stakeholder terkait mau duduk satu meja dan saling mendukung.
"Pasti bisa dan itu tidak sulit untuk menuju swasembada gula, karena zaman Belanda negara kita pernah mengalami kejayaan gula nasional. Masa zaman dulu yang teknologi terbatas bisa sekarang tidak. Ini pasti ada yang tidak benar, kuncinya para pembantu Presiden serius dan saling mendukung, tinggalkan egosentris demi NKRI," tegasnya.
tag: #impor-gulaBagikan Berita ini :