Opini

Tulisan Kedua

RR Bertangan Dingin

Oleh Edy Mulyadi* pada hari Selasa, 17 Mar 2015 - 18:31:24 WIB | 0 Komentar

Bagikan Berita ini :

66Edy Mulyadi.jpg

Edy Mulyadi, Direktur Program Centre for Economic and Democracy Studies (CEDeS) (Sumber foto : Dok/TeropongSenayan)

JEJAK gemilang RR di bidang makro dan mikro ekonomi juga terekam pada banyak kisah. Rizal Ramli juga dikenal sebagai ekonom bertangan dingin. Ketika menjadi Sekretaris Komite Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK), Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog), dan Menko Perekonomian. Sejumlah kebijakan terobosannya terbukti mampu menjadi solusi yang cepat dan tepat.

Di Bulog, misalnya, Rizal Ramli ingin menghendaki citra bulog yang lebih baik. Langkah restrukturisasi besar-besaran pun mulai digulirkan. Terjadi pergantian dan mutasi lima jabatan eselon satu dan dua. Semua itu dilakukan agar Bulog menjadi organisasi yang transparan, akuntabel, dan lebih profesional.

Keberpihakan kepada para petani, diwujudkan dalam bentuk peningkatan pembelian gabah, bukan beras dari petani. Bukan rahasia lagi, pembelian beras oleh Bulog kerap menimbulkan kecurangan yang dilakukan oleh para tengkulak. Mereka membeli beras petani, kemudian dioplos dengan beras impor, lalu dijual ke Bulog.

Cara seperti itu, tentu saja merugikan para petani karena beras yang dihasilkan di sawahnya cuma sebagian kecil yang dibeli oleh Bulog. Itulah sebabnya sebagai Kepala Bulog, Rizal Ramli kerap turun ke lapangan, ke desa-desa untuk bertemu dengan para petani.

Dia juga melakukan sejumlah perubahan radikal. Antara lain, merapikan rekening-rekening ‘liar’ yang jumlahnya mencapai 119 rekening menjadi hanya 19 rekening saja. RR pun memerintahkan sistem akuntansi Bulog diubah supaya lebih transparan dan accountable. Dana off budget harus menjadi on budget. Dia mewariskan Rp1,5 trilliun dari Bulog hasil penghematan dan effisiensi.

Jejak cemerlang lainnya bisa ditemukan saat dia melakukan operasi penyelamatan PLN dari bayang-bayang kebangkrutan karena mark up puluhan proyek pembangkit listri swasta. Dia mengambil inisiatif untuk melakukan revaluasi aset BUMN. Hasilnya, aset sebelumnya hanya Rp52 triliun melambung jadi 202 triliun. Sedangkan modal dari minus Rp9 triliun menjadi Rp119,4 trilliun. Dia juga arahkan negosiasi utang listrik swasta PLN dari US$85 milyar turun menjadi US$35 milyar. Ini menjadi sukses negosiasi utang terbesar dalam sejarah Indonesia!

Juga ada kisah suksesnya merestrukturisasi seluruh kredit property, UKM, dan petani tahun 2000. RR berhasil menggaet dana hingga Rp 4,2 triliun tanpa menjual selembar pun saham BUMN. Caranya, dia menghapus cross ownership alias kepemilikan silang dan manajemen silang (cross management) antara PT Telkom dan PT Indosat di puluhan anak perusahaannya.

Lewat kebijakan ini, negara memperoleh pendapatan berupa penjualan silang saham dan pajak revaluasi aset kedua perusahaan senilai Rp 4,2 triliun. Dan yang tidak kalah pentingnya, kedua perusahaan tersebut jadi bisa bersaing secara sehat. Ujung-ujungnya, konsumen juga diuntungkan.

So, kesimpulan apa yang bisa dipetik dari ‘penugasan’ RR di BNI sebagai Komut? Kalau kita ber-husnudzon alias positive thinking, maka anggap saja pemerintah sedang minta tolong dia merapikan BNI. Dengan begitu, diharapkan BNI bisa terbang lebih tinggi lagi. Ujung-ujungnya BNI akan mampu memberi kontribusi lebih kepada para stakeholeders-nya, baik pemerintah, pemegang saham, karyawan, dan juga rakyat Indonesia melalui setoran dividen dan pajak-pajaknya ke negara. Begitu, kan? (b)

Jakarta, 17 Maret 2015
*Edy Mulyadi, Direktur Program Centre for Economic and Democracy Studies (CEDeS)

Disclaimer : Kanal opini adalah media warga. Setiap opini di kanal ini menjadi tanggung jawab penulis. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai aturan pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini dan Redaksi akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang.

tag: #Rizal Ramli   #Komisaris Utama BNI  

Bagikan Berita ini :

Kemendagri RI
advertisement