Profil

Mahyu Penjaga Gawang DPD

Sampai Kewalahan Layani Senator

Oleh Agus Eko Cahyono pada hari Jumat, 12 Des 2014 - 07:16:47 WIB | 0 Komentar

Bagikan Berita ini :

12Mahyu DPD.jpg

Kepala Pemberitaan dan Media Visual DPD, Mahyu Darma (Sumber foto : Agus Eko Cahyono)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Di balik wajah Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang mulai dikenal publik, ada sejumlah sosok yang 'menjaga gawang' lembaga tersebut.

Salah satunya adalah Mahyu Darma, kepala pemberitaan dan media visual. Dia membawahi sekitar 21 staf yang melayani sekitar 130 anggota DPD. "Kadang kewalahan kita harus melayani mereka. Bahkan sampai kelelahan," ungkap Mahyu kepada TeropongSenayan di Jakarta, Jumat (12/12/2014).

Dulu menjaga DPD, kata lelaki kelahiran Medan, 30 Mei 1968 itu, agak berat. Karena rata-rata anggota DPD berlatar belakang tokoh masyarakat. Hanya dikenal di daerahnya. "Kadang belum terbiasa menghadapi kuli tinta di Jakarta yang sangat keras pertanyaannya. Ditambah lagi lebih menjurus politik," ujar alumnus Universitas Darma Agung, Medan ini.

Namun kini setelah satu dasa warsa DPD, lanjut ayah tiga anak ini, bebannya terasa agak ringan. "Ya, dong. Sekarang anggota DPD banyak yang berasal dari parpol, dia sudah cukup lihai bicara ke publik," papar pria yang memiliki tinggi 172 cm.

Bahkan mantan politisi itu cukup dikenal publik secara nasional, sambung Mahyu, sehingga nama DPD jadi ikut terkerek. "Kalau dulu, berat rasanya, sekarang agak ringan," ucap lelaki yang mengaku bertugas di DPD sejak 2007.

Mahyu bercerita kariernya di mulai dari PNS di Departemen Dalam Negeri 1995. Setelah beberapa tahun mengabdi di situ, akhirnya dia memutuskan untuk hijrah ke DPD. "Saya dibawa oleh Pak Irman ke sini (DPD-red)," ungkap lelaki yang penggemar berbagai burung ocehan ini.

Bicara soal burung, Mahyu agaknya menguasai. Bagaimana tidak, saat ini dia memiliki koleksi sekitar 20 ekor dari berbagai jenis burung. Sebut saja, jalak suren, jalak harupat, murai batu, cucak hijau, beo sumbawa, flores dan lain-lainnya. "Harganya tidak mahal, paling sekitar Rp500.000. Kemarin saya beli murai harganya segitu. Tapi sekarang sudah ditawar sekitar Rp7 juta. Saya tidak jual, karena hobi saja," imbuhnya.

Saat ditanya kenapa hobi burung, pria berkulit sawo matang itu, mengaku suara burung sangat indah didengar. Seolah terasa di desa..he..he..he," pungkas suami Elvie Susanty ini. (ec)

tag: #DPD   #Senator   #Kabag Pemberitaan   #Humas  

Bagikan Berita ini :

Kemendagri RI
advertisement