Bagikan Berita ini :
Anggota DPR dari Partai Demokrat, Saan Mustopa (Sumber foto : Teropong Senayan/Eko S Hilman)
JAKARTA- POLITISI Partai Demokrat Saan Mustopa bersyukur dapat dilantik kembali sebagai wakil rakyat untuk periode 2014-2019. Ini merupakan periode kedua Saan menjadi anggota DPR dari daerah pemilihan Jawa Barat VII.
Saan mengaku terpilih lagi karena rakyat memberikan amanat. Konsekuensinya, ia harus berbuat memperjuangkan aspirasinya terutama di daerah pemilihan (Dapil) di Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bekasi. Pria yang lahir 5 Juli 1968 ini besar di Desa Pisangsambo, Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang.
Sebagai wujud terima kasih dan pengabdian kepada masyarakat Karawang, Saan melakukan banyak hal. Misalnya, menyelenggarakan pendidikan gratis, pembinaan dan pemberdayaan pemuda, advokasi terhadap para TKI asal Karawang, dan kegiatan sosial lainnya. “Yang terpenting pendidikan, karena ini bisa membangun manusia sehingga setiap individu harus mendapatkan pendidikan yang cukup, baik pendidikan akademis maupun ketrampilan,” katanya.
Atas dasar itulah Saan memberi kesempatan kepada masyarakat kurang mampu agar bisa menikmati pendidikan diantaranya mendirikan sekolah taman kanak-kanak di Desa Pisangsambo, Kecamatan Tirtajaya secara gratis. Seluruh siswa mendapat seragam, buku dan perlengkapan secara cuma-cuma. Seluruh biaya operasional termasuk gaji pengajarnya ditanggung Saan.
Soal berapa biaya operasional sekolah yang dikeluarkan tiap bulan untuk ratusan siswa dan puluhan pengajar itu, Saan tidak mau menjelaskan. “Saya hanya memikirkan bagaimana anak-anak itu bisa sekolah, ini penting untuk mengangkat derajat mereka,” ujarnya. “Tidak mungkin saya bisa seperti sekarang kalau nggak sekolah.”
Bukan cuma pendidikan anak-anak usia dini, melalui Yayasan Saan Mustopa Center (SMC) Saan juga memberikan beasiswa kepada pelajar SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi bagi anak-anak berprestasi dari keluarga kurang mampu di daerahnya.
Di luar pendidikan, Saan juga peduli terhadap warganya yang harus berjibaku di luar negeri menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Karena dari daerahnya ini, berdasarkan Data di Badan Nasional Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), hingga Juli 2014, ada 4.817 asal TKI Kabupaten Karawang bekerja di luar negeri.
Untuk keperluan ini, Saan memiliki tim khusus yang bertugas melakukan pembinaan, penyuluhan dan advokasi terhadap calon TKI dan TKI di luar negeri. Tim khusus dari Yayasan SMC melakukan monitoring aktivitas TKI asal Karawang dan pembelaan baik di dalam maupun di luar negeri. Yang pernah dilakukan tim ini, antara lain, adalah saat Cicih binti Aing, TKI asal desa Tambaksumur, Kecamatan Tirtajaya menghadapi ancaman hukuman mati di Abu Dabi. Dengan membawa keluarga Cicih, tim dari Yayasan SMC berangkat menemui Cicih dan melobi pengacaranya.
Yayasan SMC juga membantu memulangkan jenazah Yuliana binti Misin, TKI asal desa Pejaten, Kecamatan Cibuaya, Karawang, yang meninggal dunia karena sakit di Arab Saudi.
Apa yang dilakukan dianggapnya sebagai satu kewajiban. "Saya sebagai anak desa saya pernah susah, saya juga yatim sehingga saya juga merasakan apa yang mereka rasakan," tutur Saan saat berbincang dengan TeropongSenayan.com (2/11).
Di Karawang, Saan dikenal sebagai pembina kelompok kesenian organ tunggal yang memang menjamur. Di bidang olahraga, dia sering menggelar turnamen bola voli bahkan dalam setahun bisa beberapa kali. Jarak yang bisa ditempuh dalam beberapa jam dari Jakarta membuatnya sering menyambangi warganya. Hampir setiap akhir pekan Saan turun langsung ke Dapil. "Kalau ada undangan dari masyarakat, saya usahakan tidak absen," papar suami dari Illa Holilah dan ayah dri Zahra Najwa Rabiatulhusna yang kini duduk di kelas I SMP Global Islamic School (GIS) di Condet, Jakarta Timur itu.(emka/uss)
Bagikan Berita ini :