Berita

MUI: Aktualisasi Sumpah Pemuda Sudah Tak Terlihat

Oleh Alfian Risfil pada hari Rabu, 28 Okt 2015 - 06:45:00 WIB | 0 Komentar

Bagikan Berita ini :

36IMG_20151022_163115.jpg

Yusnar Yusuf (Sumber foto : Alfian Risfil/TeropongSenayan)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Mencermati munculnya berbagai permasalahan bangsa akhir-akhir ini, begitu banyak penyimpangan berupa gesekan ataupun benturan antara kelompok satu dengan yang lain.

Seperti yang terjadi baru-baru ini tragedi penyerangan rumah ibadah baik di Tolikara maupun di Aceh Singkil menggambarkan betapa payung NKRI sudah mulai bergeser dari tekad sumpah pemuda pada awal didengungkan.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (‎MUI) bidang Kerukunan ‎antar umat beragama Dr H Yusnar Yusuf meni‎lai, ikrar Sumpah Pemuda kini tak lebih dari hanya sekedar seremonial tahunan.

"Sekarang hampir tidak terlihat aktualisasi itu (semangat sumpah pemuda) kecuali serimoninya," kata Yusnar kepada TeropongSenayan di Jakarta, Selasa (27/10/2015) malam.

Kini, setelah 87 tahun silam ikrar tersebut dideklarasika, ‎‎menurut Yusnar realitas kebangsaan tersebut mengharuskan semua pihak mengenang kembali pentingnya pemaknaan Hari Sumpah Pemuda agar tak hanya sekedar dirayakan dengan seremonial tahunan belaka.

Ia mengajak semua elemen bangsa, khususnya kaum muda untuk menggali lebih dalam lagi  makna dan semangat yang terkandung dalam pergerakan pemuda yang telah melahirkan pergerakan Sumpah Pemuda saat itu.

"Saatnya bangsa ini mengoreksi kembali tentang aktualisasi dari sumpah pemuda. Semua elemen bangsa tanpa terkecuali mari merenung sejenak 'mengapa pemuda-pemudi masa itu, tepatnya 28 Oktober 1928, menyatakan tekadnya membangun satu entitas baru yang menyatukan, dari suatu besarnya perbedaan satu dengan yang lain?'." jelas Yusnar.

Meski begitu, ia menilai, bahwa pergeseran makna atau nilai yang terkandung dalam sumpah pemuda atau nilai apapun dalam perjalanan panjang sejarah sudah kian terkikis oleh arus zaman. Sehingga, kata dia, aktualusasinya pun juga mengalami perubahan. Apalagi ketika tafsir tujuannya juga berubah.

"Karena zaman berubah maka cara dan maknanya juga berubah. Sebab perubahan sosial akan teraktualusasi sesuai dengan besaran perubahan itu sendiri," ucapnya.

Lebih jauh ia menyebut, ikrar pemuda yang menjadi pembuka dalam refleksi Hari Sumpah Pemuda akan menjadi klasik jika hanya dipahami sebagai redaksional semata tanpa memahami apa yang diinginkan dan diimpikan oleh pemuda terdahulu  untuk bangsa.

"Tetapi, kedekatan emosional yang menurut istilah saya kedekatan jiwa atau 'birruhi' nya sudah terkikis zaman. Karena itu, mari bermunajat kepada Allah seraya berusaha untuk meningkatkan cinta Tanah Air. Cinta Bangsa dan Cinta Bahasa," pesan Yusnar. (mnx)

tag: #hari sumpah pemuda  

Bagikan Berita ini :

Kemendagri RI
advertisement