Berita

Ironi Impor Jahe, Bambang Purwanto: Kita Terbuai Kekayaan Alam yang Subur

Oleh Bachtiar pada hari Kamis, 01 Apr 2021 - 10:54:53 WIB | 0 Komentar

Bagikan Berita ini :

tscom_news_photo_1617249293.jpg

Bambang Purwanto Politikus Demokrat (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Anggota Komisi IV DPR RI Bambang Purwanto menilai ironi, Indonesia sebagai negara pengekspor jahe saat ini justru malah mengimpor.  Terlebih lagi, itu dilakukan dari negara yang dahulunya pernah melakukan impor jahe dari Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Bambang saat menyoroti pernyataan Badan Karantina Pertanian (Barantan) yang mencatat Indonesia telah mengimpor 24,4 ribu ton jahe pada 2020 dan 2021. 

Jumlah tersebut terdiri dari 17.893,6 ton ton jahe yang diimpor 79 perusahaan sepanjang tahun lalu dan 6.524,2 ton jahe yang diimpor 46 perusahaan di tahun ini.

"Ironis tapi ini fakta yang harus kita sadari bersama, bahwa kita terbuai serta bangga mempunyai alam yang subur tetapi karena kelengahan kita menjadi terbalik posisi. Negara yang dulu impor jahe dari Indonesia saat ini justru mengeksport jahe ke Indonesia," kata Bambang kepada wartawan, Kamis, (1/4/2021). 

Bambang juga mengaku terkejut, dengan hasil RDP Direktur Holtikultura bersama DPR kemarin. Hasil rapat tersebut menunjukan jika data bahwa Indonesia mulai mengeskpor jahe dari  tahun 2019 sampai 2021 ini.

Padahal disisi lain, permintaan jahe sendiri mulai meningkat semenjak adanya pandemi covid 19. Hal ini juga berbanding terbalik dengan anggaran Dirjen Holtikultura untuk penyediaan bibit jahe yang sangat kecil. 

"Artinya tidak mampu melihat peluang pasar yang meningkat, harusnya  justru ditingkatkan. Tapi justru peluang inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh pengusaha untuk dipenuhi dari impor," kata Bambang.

Bambang menilai, kondisi seperti ini tentu merupakan kelemahan  dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya petani Indonesia.

Padahal, lanjut Bambang, para petani ketika harga dapat dipastikan, maka tentu akan lebih semangat untuk menanam.

"Tinggal bagaimana komitmen kita terhadap para petani," papar Bambang. 

Selain kepastian harga, tegas Bambang, perlunya ada kelembagaan yang menampung hasil jahe petani juga menjadi sangat penting. 

Pasalnya, menurut Bambang, selama ini petani melihat, permintaan jahe meningkat dan membuat banyak yang menanam. 

Namun, sayangnya ketika panen kesulitan menjual jahe sehingga menyebabkan harga jual menjadi jatuh. 

"Kondisi seperti ini tentu membuat petani jera untuk menanam," tutur Bambang.

tag: #impor  

Bagikan Berita ini :

Kemendagri RI
advertisement