Opini

Renungan Kemerdekaan RI ke 75

Oleh Irvan Rahardjo Pendiri KUPASI ( Komunitas Penulis Asuransi Indonesia - Ketua Yayasan Marinda ) pada hari Senin, 17 Agu 2020 - 12:10:21 WIB | 0 Komentar

Bagikan Berita ini :

tscom_news_photo_1597641676.jpg

Irvan Rahardjo (Pendiri KUPASI - Komunitas Penulis Asuransi Indonesia ) (Sumber foto : Ist)

Di ufuk pagi ini kita sambut hari raya kemerdekaan RI dengan mengucap syukur atas segala nikmat kemerdekaan yang bangsa ini telah capai selama 75 tahun kemerdekaan.

Peringatan kemerdekaan tahun ini menjadi sangat istimewa . Bukan saja tidak lama lagi bangsa ini tiba pada Indonesia Emas yang dicita citakan dengan segala capaian bangsa di usia satu abad . Tetapi karena hari ini kita tengah dirundung wabah pandemi yang dialami oleh seluruh negara di dunia dalam satu persoalan bersama.

Seluruh bangsa di dunia sedang berlomba dan masing masing diuji untuk keluar dari krisis ekonomi yang melanda akibat pandemi yang memaksa seluruh negara menghentikan kegiatan ekonomi .

21, 5 juta terinfeksi Covid 19 hingga Agustus ini dengan 767.743 angka kematian. Terbanyak AS dengan 5 juta kasus disusul Brasil, India , Rusia dan AFSEL. Indonesia mencatat total kasus terinfeksi mencapai 347.468 kasus dengan 6.071 kasus kematian.

Tidak sedikit tenaga tenaga dokter spesialis , paramedis, guru besar , pejabat yang meninggal akibat Covid 19. 

Covid 19 telah memisahkan banyak diantara kita , tetapi Covid19  juga telah mempertemukan kita dengan inovasi inovasi  baru , kreativitas baru, kawan baru , solidaritas baru.

Tahun ini kemerdekaan kita rayakan tanpa keriuhan acara panjat pinang, anak anak yang berlomba makan kerupuk dan berlari dengan kelereng , sepeda sepeda hias anak anak balita , akibat pandemi Covid 19.

Banyak sudah yang telah tercapai, dengan segala keterbatasannya. Antara lain integritas sebagai negara bangsa yang relatif utuh dan kebhinekaan yang terkelola, PDB meningkat 700%, Tingkat PDB / kapita masuk grup negara berpenghasilan menengah .

Tertanganinya masalah sosial dengan jaminan kesehatan nasional , pengendalian penduduk sehingga harusnya mendekati 400 juta, sekarang sekitar 270 juta, buta huruf di bawah 5%, penyakit menular tinggal sedikit, hampir tidak ada kelaparan yang menimbulkan kematian, harapan hidup tadinya di bawah 50 thn, sekarang di atas 70 tahun, kelas menengah dalam sekitar 46 persen . Pemilu langsung berjalan dengan tidak banyak korban, Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ke 3 setelah India dan AS. Dengan desentralisasi dan otonomi daerah telah berkurangnya konsentrasi uang di Jakarta dari 75% sebelumnya sekarang di bawah 65% dan banyak inovasi yang lebih mensejahterakan rakyat yang dilakukan oleh sejumlah kepala daerah yang  relatif menjadi teladan ( Didin S. Damanhuri, 2020 ) .

Masih banyak catatan yang belum berhasil diatasi. Setelah turun secara signifikan masa Orde Baru, rasio gini pada tahun 1980 -1996 rata rata 0,32 -0,35, pada masa reformasi rasio gini naik kembali. Sempat mencapai 0,41 pada 2013-2015 sedikit menurun rata rata 0,39 pada 2016-2019. Masih maraknya impor bahan pokok, belum mandiri secara makro finansial, teknologi, pangan dan energi serta kebijakan, kurang aktifnya dalam kepeloporan perdamaian dunia.

Mayoritas daerah belum mensejahterakan rakyatnya, politik uang dan korupsi masih marak. Juga di era pandemi tidak termasuk negara yang "aman", dalam arti penduduk yang terinfeksi masih tinggi, tingkat kematian di atas rata2 di dunia (tertinggi di Asia Tenggara) dan dampaknya kemiskinan meningkat jadi 33 juta, PHK sekitar 5 hingga 15 juta , berhentinya usaha UMKM lebih 50%.

Kita telah kehilangan banyak tokoh bangsa, sosok integritas , orang orang yang mengambil jalan sunyi , jalan tengah, orang orang yang memilih arus balik dan tetap tegar di era  post truth , orang orang  yang mendamaikan, merawat kebhinekaan , menerangi bangsa ini sepanjang kemerdekaan nya . Tidak sedikit juga kita mengetahui jasad, tulang yang bersemayam di taman makam pahlawan seharusnya tidak di sana ( Linda Christianty, Kompas 15/8/2020 ).

Kita adalah bangsa yang besar yang mampu keluar dari krisis demi krisis sepanjang perjalanan bangsa ini. " Jangan sia sia kan pelajaran yang diberikan oleh krisis"  ujar Jokowi dalam Pidato Kenegaraan Sidang Tahunan di depan MPR ( 14/8/2020 ). Seperti dalam satu tarikan nafas dengan Bung Karno di awal kemerdekaan ini yang berujar di HUT kemerdekaan 17 Agustus 1946 " kesulitan negeri muda itu di berbagai bidang pemerintahan, ekonomi, keuangan, politik, sosial dll. Namun kita toch dapat melaluinya dengan selamat, berkat bantuan Tuhan Yang Maha Kuasa " Tidak lupa Presiden Sukarno mengingatkan bahwa berbagai persoalan dan kesulitan akan terus menghadang negeri yang baru lahir . " Jangan putus asa,   jangan kurang tabah, jangan kurang rajin  Memproklamirkan negara gampang tetapi mempertahankan negara menyusun negara buat selama  lamanya adalah sukar " ( Ir. Sukarno, DBR, 1965 ) 

Bagaimanapun kita harus bersyukur, Indonesia relatif bukan termasuk negara miskin yang penuh konflik , meski terus harus didorong oleh  manusia manusia par  excellent yang akan  mewujudkan tujuan bernegara yang adil, makmur, sejahtera dan demokratis.

DIRGAHAYU RI ke 75.

Disclaimer : Kanal opini adalah media warga. Setiap opini di kanal ini menjadi tanggung jawab penulis. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai aturan pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini dan Redaksi akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang.

tag: #hut-ri  

Bagikan Berita ini :

Kemendagri RI
advertisement