Zoom

Bagaimana Korea Selatan Bisa Mengendalikan Corona Tanpa Lockdown

Oleh RIhad pada hari Wednesday, 18 Mar 2020 - 07:00:00 WIB | 0 Komentar

Bagikan Berita ini :

tscom_news_photo_1584454255.jpg

Korea Selatan (Sumber foto : Pixabay)

JAKARTA (TETOPONGSENAYAN) Perdebatan mengenai perlu tidaknya Indonesia melakukan lockdown masih terus berlangsung. Lockdown tidak  mudah dilakukan karena memiliki risiko yang besar juga khususnya di bidang ekonomi. Pemerintah cenderung untuk memilih pembatasan pergerakan atau social distancing agar penyebaran virus bisa dihambat. Antara lain dengan  meliburkan anak sekolah dan meminta mereka belajar dari rumah. Demikian juga dengan para pegawai diminta untuk tetap bekerja khususnya melalui online.

Pencegahan penularan virus Corona sendiri ternyata tidak harus melalui lockdown. Kita  bisa belajar dari Korea Selatan yang yang tidak melakukan lockdown tetapi berhasil menurunkan angka kematian akibat virus Corona. Tingkat kematian untuk coronavirus di Korea Selatan adalah 0,7%. Ini jauh lebih rendah dibandingkan data  Organisasi Kesehatan Dunia yang melaporkan sekitar 3,4% dari orang yang terpapar Corona akhirnya meninggal dunia.

Kunci dari keberhasilan Korea Selatan adalah kemampuan pemerintah untuk mendirikan pusat-pusat pemeriksaan di seluruh kawasan. Di Korea Selatan, klinik pemeriksaan mudah ditemukan bahkan termasuk di kawasan parkir.

Klinik khusus ini bisa didatangi siapa saja yang ingin memeriksakan diri karena curiga dengan kondisi kesehatannya. Misalnya karena batuk badan panas atau sesak nafas.  Korea Selatan memiliki klinik drive-through di banyak tempat strategis.

Petugas akan mengambil sampel dari mulut pasien. Pemeriksaan berakhir dalam beberapa menit. Petugas kemudian mengirim sampel tersebut ke laboratorium. Pasien akan mendapat telepon jika hasilnya positif, atau kiriman pesan tertulis  jika negatif.

Kemampuan Korea Selatan untuk memeriksa pasien sangat luar biasa. Para petugas kesehatan di seluruh Korea Selatan mampu memeriksa  20.000 orang setiap hari. Laboratorium pun dibuka selama 24 jam. Laboratorium ini telah menjadi garis depan untuk mencegah penyebaran virus Corona

Korea Selatan telah menciptakan jaringan 96 laboratorium publik maupun swasta untuk menguji virus corona. 

Para pejabat kesehatan percaya bahwa pendekatan ini bisa menyelamatkan banyak  jiwa. Profesor Gye Cheol Kwon, ketua Yayasan Laboratorium Kedokteran, menyebut Korea Selatan berhasil merancang tes pemeriksaan, membangun jaringan laboratorium di seluruh negeri dan semuanya berfungsi setelah 17 hari.

Korea mengambil pelajaran berharga ketika negara dengan jumlah 50 juta penduduk itu pernah mengalami wabah sindrom pernapasan Timur Tengah (Mers) beberapa tahun lalu. "Kami mempelajari risiko infeksi baru  dari pengalaman sindrom Pernafasan Timur Tengah (Mers) pada 2015," katanya kepada BBC. Tiga puluh enam orang tewas di Korea Selatan selama wabah Mers.

Korea Selatan kemudian bersikap sangat serius untuk menghadapi wabah penyakit menular. Bahkan  Pusat Pengendalian Penyakit Korea Selatan mendirikan departemen khusus untuk bersiap menghadapi yang terburuk. "Saya pikir deteksi dini pasien dengan tes yang akurat diikuti dengan isolasi dapat menurunkan tingkat kematian dan mencegah penyebaran virus," kata Prof Kwon. 

Empat perusahaan telah diberikan persetujuan untuk membuat.alat pemeriksaan. Ini berarti negara tersebut memiliki kapasitas untuk menguji 140.000 sampel seminggu.

Prof Kwon percaya keakuratan tes Covid-19 Korea Selatan adalah sekitar 98%. Kemampuan untuk menguji begitu banyak orang telah membuat negara ini menjadi panutan negara lain dalam berupaya memerangi wabah virus Corona.

Korea Selatan fokus merawat mereka yang memiliki gejala ringan di pusat-pusat perumahan dan meninggalkan tempat tidur klinis bagi mereka yang membutuhkan perawatan kritis. "Kami tidak dapat mengkarantina dan merawat semua pasien. Mereka yang memiliki gejala ringan harus tinggal di rumah dan dirawat," kata Dr Kim Yeon-Jae, seorang spesialis penyakit menular

Langkah-langkah pencegahan yang diambil di Korea Selatan sejauh ini tidak melibatkan lockdown. Namun sekolah  tutup, kantor mendorong orang untuk bekerja dari rumah, dan larangan pertemuan besar. Namun, perlahan, hari demi hari, semakin banyak orang merayap kembali ke jalan-jalan ibu kota, Seoul. Restoran, bus, dan kereta bawah tanah mulai sibuk lagi. Masyarakat akhirnya menyadari berurusan dengan ancaman coronavirus adalah normal baru. 

Tetapi pejabat kesehatan memperingatkan tidak ada ruang untuk berpuas diri. Satu wabah besar di gereja, kantor, kelas olahraga atau blok apartemen dapat mengubah segalanya.

tag: #corona   #korea-selatan  

Bagikan Berita ini :

Kemendagri RI
advertisement